Pages

Showing posts with label Fiksi. Show all posts
Showing posts with label Fiksi. Show all posts

Monday, 28 January 2013

1st Indian Novel I've Ever Read




Judul     : The Conch Bearer (Keong Ajaib)
Penulis  : Chitra Banerjee Divakaruni
Tebal    : 272 halaman


    Hidup terasa sangat berat bagi Anand, seorang anak laki-laki yang tinggal di Kolkatta, India. Ayahnya berhenti mengirim kabar dan uang dari luar negeri, ibunya kehabisan uang dan jatuh miskin, bahkan adik perempuannya, Meera, mengalami nasib sial yang membuatnya kehilangan akal. Namun di tengah nasib buruk yang menimpa, Anand tetap memiliki hati yang baik. inilah yang  membuat Abadhyatta datang dan meminta bantuan Anand untuk mengembalikan Keong Ajaib ke tempat asalnya. Abhaydatta adalah anggota kumpulan penyembuh bernama Persaudaraan yang tinggal di Lembah Perak di kaki Gunung Himalaya. sedangkan Keong Ajaib adalah benda keramat milik Persaudaraan yang sempat dicuri oleh Surabhanu, mantan anggota Persaudaraan yang berkhianat.

     Walaupun berat harus meninggalkan ibu dan Meera, akhirnya Anand memutuskan untuk pergi bersama Abhaydatta dan Keong Ajaib. Petualangan menuju Lembah Perak ini juga diikuti oleh Nisha, seorang anak jalanan yang ditemui Anand di jalanan Kota Kolkatta. Seperti yang telah dikatakan Abhaydyatta sebelumnya, perjalanan tersebut tidak akan berjalan mudah karena Sarabhanu pasti menghalangi langkah mereka. Berbagai macam rintangan dan halangan pun telah menunggu mereka sebelum akhirnya dapat masuk ke Lembah Perak.

     Novel ini punya cover yang sangat menarik, dengan warna dasar merah, tulisan emas dan beberapa ilustrasi.  Lebih menarik lagi karena saya menemukannya di tumpukan "Serba 10rb" di sebuah toko buku. Dan tentu saja saya tidak menyesal untuk pecahan rupiah 10.000 yang sudah saya keluarkan karena buku ini baguus, terlepas dari pendapat beberapa  orang di Goodreads yang menyatakan bahwa inti cerita Keong Ajaib ini terlalu mirip dengan ide trilogi  Lord of The Rings. Well, I can say nothing since I haven't read or watch that popular hobbit story. Walaupun alur cerita sempat terasa agak lambat di tengah cerita, tapi saya sukak sekali dengan bagian akhir cerita, saat Anand harus memilih  untuk kembali ke keluarganya atau tetap tinggal di Lembah Perak. Hanya saja, dari awal sampai akhir, saya selalu tidak  berhasil mengimajinasikan setting cerita karena minimnya detail yang disampaikan. Gubuk Anand yang  reot di Kolkatta, penginapan di Koila Ganj, gua di Ranipur, ataupun keindahan Lembah Perak dan Gunung Himalaya tidak  digambarkan dengan cukup baik. Namun yang terpenting, Keong Ajaib membuat saya tidak sabar untuk membaca novel-novel India lainnya.

Sunday, 11 March 2012

Being "...something"


Judul : Turning Thirty (Beranjak Tiga Puluh)
Pengarang : Mike Gayle
Penenerbit : Gramedia
Tahun : 2011


Judulnya saja galau, isinya lebih lebih lagi. Tapi yang menarik, buku ini mematahkan asusmsi saya bahwa galau adalah sifat yang feminin. Yes, tokoh utama Turning Thirty adalah seorang lelaki tulen, and he's also galau a lot.

Matt Beckford, 29 tahun, seorang lelaki asal Inggris, dari keluarga baik-baik, memiliki pekerjaan impian di New York, sudah sejak lama menanti ulang tahunnya yang ke-30. Lebih dari itu, Matt juga punya seorang kekasih yang sangat menarik, gadis Amerika berusia 20 tahun bernama Elaine Thomas. Hidup Matt lebih dari sempurna, sampai suatu hari..... Elaine selingkuh? Elaine meninggal tertabrak kereta? Elaine ternyata sudah punya anak dari lelaki lain? Bukan, saudara-saudara. Ini bukan novel roman.
Kenyataannya adalah Matt setuju untuk putus dengan Elaine karena sudah tidak saling mencintai (lagi). Anehnya, prosesi 'putus' mereka tidak disertai deraian air mata dan ucapan perpisahan yang tragis. Mereka justru tertawa terbahak-bahak.
Matt memutuskan untuk pergi dari New York dan mengambil tawaran pekerjaan di Australia. Sayangnya, pekerjaan itu baruakan dimulai dalam 3 bulan. Matt tidak punya pilihan selain kembali ke Inggris. Dan disinilah fase galau dimulai.

Apa yang bisa diharapkan dari seorang lelaki yang hampir 30 tahun, tidak bekerja (selama 3 bulan), dan (masih) tinggal di rumah orang tuanya?
Ini sungguh jauh dari yang dibayangkan Matt tentang usia 30. Usia yang matang, tidak lagi memikirkan soal pasangan hidup (baca=sudah punya kekasih tetap), pekerjaan yang baik, dan tentunya hidup secara madiri. Tentu saja yang membuat Matt sangat galau adalah saat ini, 81 hari menjelang ulang tahunnya yg ke-30, dia tidak memenuhi satu kriteria pun. Ditambah dengan sikap kedua orang tuanya yang berpura-pura 'terganggu' (agar anak lelaki mereka merasa tidak betah di rumah dan segera pergi untuk menjadi lelaki sejati yang mandiri). Di kampung halamannya ini, Matt juga kembali bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya, juga Ginnie, ttm yang sudah lama tidak ditemuinya. Kepulangannya ke Inggris kali ini benar-benar membuat Matt galau to the fullest, sekaligus belajar banyak hal dari hidup yang tidak selalu berjalan sesuai kehendak manusia yang menjalaninya.

Sebenarnya basi, tapi hidup memang tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, bukan? Buku ini juga menyadarkan saya bahwa not only the twentysomething phase that would make me galau a lot, but also thirtysomething, fourtysomething dan something-something seterusnya.
Kesimpulannya, galau belum akan pergi dari hidup kita saudara-saudari yang budiman.
Syuper sekali, bukan?

Walaupun Turning Thirty bukan jenis cerita favorit saya, tapi buku ini cukup menghibur, apalagi saat sedang galau menunggu tempe goreng dan cah bayam yang tidak kunjung datang (pada sebuah senja di warung Pak Bayam).
Happy reading! :D

PS: Thanks to mbak Rise, 'the girl next door', for letting me read another galau book from your galau bookshelf :p
Showing posts with label Fiksi. Show all posts
Showing posts with label Fiksi. Show all posts

Monday, 28 January 2013

1st Indian Novel I've Ever Read




Judul     : The Conch Bearer (Keong Ajaib)
Penulis  : Chitra Banerjee Divakaruni
Tebal    : 272 halaman


    Hidup terasa sangat berat bagi Anand, seorang anak laki-laki yang tinggal di Kolkatta, India. Ayahnya berhenti mengirim kabar dan uang dari luar negeri, ibunya kehabisan uang dan jatuh miskin, bahkan adik perempuannya, Meera, mengalami nasib sial yang membuatnya kehilangan akal. Namun di tengah nasib buruk yang menimpa, Anand tetap memiliki hati yang baik. inilah yang  membuat Abadhyatta datang dan meminta bantuan Anand untuk mengembalikan Keong Ajaib ke tempat asalnya. Abhaydatta adalah anggota kumpulan penyembuh bernama Persaudaraan yang tinggal di Lembah Perak di kaki Gunung Himalaya. sedangkan Keong Ajaib adalah benda keramat milik Persaudaraan yang sempat dicuri oleh Surabhanu, mantan anggota Persaudaraan yang berkhianat.

     Walaupun berat harus meninggalkan ibu dan Meera, akhirnya Anand memutuskan untuk pergi bersama Abhaydatta dan Keong Ajaib. Petualangan menuju Lembah Perak ini juga diikuti oleh Nisha, seorang anak jalanan yang ditemui Anand di jalanan Kota Kolkatta. Seperti yang telah dikatakan Abhaydyatta sebelumnya, perjalanan tersebut tidak akan berjalan mudah karena Sarabhanu pasti menghalangi langkah mereka. Berbagai macam rintangan dan halangan pun telah menunggu mereka sebelum akhirnya dapat masuk ke Lembah Perak.

     Novel ini punya cover yang sangat menarik, dengan warna dasar merah, tulisan emas dan beberapa ilustrasi.  Lebih menarik lagi karena saya menemukannya di tumpukan "Serba 10rb" di sebuah toko buku. Dan tentu saja saya tidak menyesal untuk pecahan rupiah 10.000 yang sudah saya keluarkan karena buku ini baguus, terlepas dari pendapat beberapa  orang di Goodreads yang menyatakan bahwa inti cerita Keong Ajaib ini terlalu mirip dengan ide trilogi  Lord of The Rings. Well, I can say nothing since I haven't read or watch that popular hobbit story. Walaupun alur cerita sempat terasa agak lambat di tengah cerita, tapi saya sukak sekali dengan bagian akhir cerita, saat Anand harus memilih  untuk kembali ke keluarganya atau tetap tinggal di Lembah Perak. Hanya saja, dari awal sampai akhir, saya selalu tidak  berhasil mengimajinasikan setting cerita karena minimnya detail yang disampaikan. Gubuk Anand yang  reot di Kolkatta, penginapan di Koila Ganj, gua di Ranipur, ataupun keindahan Lembah Perak dan Gunung Himalaya tidak  digambarkan dengan cukup baik. Namun yang terpenting, Keong Ajaib membuat saya tidak sabar untuk membaca novel-novel India lainnya.

Sunday, 11 March 2012

Being "...something"


Judul : Turning Thirty (Beranjak Tiga Puluh)
Pengarang : Mike Gayle
Penenerbit : Gramedia
Tahun : 2011


Judulnya saja galau, isinya lebih lebih lagi. Tapi yang menarik, buku ini mematahkan asusmsi saya bahwa galau adalah sifat yang feminin. Yes, tokoh utama Turning Thirty adalah seorang lelaki tulen, and he's also galau a lot.

Matt Beckford, 29 tahun, seorang lelaki asal Inggris, dari keluarga baik-baik, memiliki pekerjaan impian di New York, sudah sejak lama menanti ulang tahunnya yang ke-30. Lebih dari itu, Matt juga punya seorang kekasih yang sangat menarik, gadis Amerika berusia 20 tahun bernama Elaine Thomas. Hidup Matt lebih dari sempurna, sampai suatu hari..... Elaine selingkuh? Elaine meninggal tertabrak kereta? Elaine ternyata sudah punya anak dari lelaki lain? Bukan, saudara-saudara. Ini bukan novel roman.
Kenyataannya adalah Matt setuju untuk putus dengan Elaine karena sudah tidak saling mencintai (lagi). Anehnya, prosesi 'putus' mereka tidak disertai deraian air mata dan ucapan perpisahan yang tragis. Mereka justru tertawa terbahak-bahak.
Matt memutuskan untuk pergi dari New York dan mengambil tawaran pekerjaan di Australia. Sayangnya, pekerjaan itu baruakan dimulai dalam 3 bulan. Matt tidak punya pilihan selain kembali ke Inggris. Dan disinilah fase galau dimulai.

Apa yang bisa diharapkan dari seorang lelaki yang hampir 30 tahun, tidak bekerja (selama 3 bulan), dan (masih) tinggal di rumah orang tuanya?
Ini sungguh jauh dari yang dibayangkan Matt tentang usia 30. Usia yang matang, tidak lagi memikirkan soal pasangan hidup (baca=sudah punya kekasih tetap), pekerjaan yang baik, dan tentunya hidup secara madiri. Tentu saja yang membuat Matt sangat galau adalah saat ini, 81 hari menjelang ulang tahunnya yg ke-30, dia tidak memenuhi satu kriteria pun. Ditambah dengan sikap kedua orang tuanya yang berpura-pura 'terganggu' (agar anak lelaki mereka merasa tidak betah di rumah dan segera pergi untuk menjadi lelaki sejati yang mandiri). Di kampung halamannya ini, Matt juga kembali bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya, juga Ginnie, ttm yang sudah lama tidak ditemuinya. Kepulangannya ke Inggris kali ini benar-benar membuat Matt galau to the fullest, sekaligus belajar banyak hal dari hidup yang tidak selalu berjalan sesuai kehendak manusia yang menjalaninya.

Sebenarnya basi, tapi hidup memang tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, bukan? Buku ini juga menyadarkan saya bahwa not only the twentysomething phase that would make me galau a lot, but also thirtysomething, fourtysomething dan something-something seterusnya.
Kesimpulannya, galau belum akan pergi dari hidup kita saudara-saudari yang budiman.
Syuper sekali, bukan?

Walaupun Turning Thirty bukan jenis cerita favorit saya, tapi buku ini cukup menghibur, apalagi saat sedang galau menunggu tempe goreng dan cah bayam yang tidak kunjung datang (pada sebuah senja di warung Pak Bayam).
Happy reading! :D

PS: Thanks to mbak Rise, 'the girl next door', for letting me read another galau book from your galau bookshelf :p